Curhat di Suatu Malam
Malam ini begitu sendu. Sekarang pukul 22.30 WIB, dan mataku enggan tertutup. Sedikit bercerita, semoga bisa melegakan isi hati ini. Kau juga ingin tahu kenapa aku tak jua bisa tertidur?
Yah, aku senantiasa berusaha untuk menyukuri hidupku. Berusaha untuk tidak pernah menyesali langkah yang sudah kuambil. Berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untuk buah hati tersayangku, Fafa. Berusaha untuk tenggelam dalam kesibukanku di dunia kerja agar tak selalu teringat dengan masa laluku.
Tapi, kau tahu, ternyata aku ini hanya seorang manusia biasa. Semua orang yang mengenalku, selalu mengatakan aku hebat, kuat, tangguh. Tapi, aku sendiri tidak tahu, aku merasa tak ada yang hebat, kuat, ataupun tangguh. Aku biasa-biasa saja. Aku hanya menjalani hidup, mengalir, seperti yang Tuhan inginkan untuk kujalani.
Aku memang berusaha untuk tidak mengeluh. Berusaha untuk selalu berdoa, bila semua ini pasti ada maknanya. Namun, kesenduan itu kadang datang tanpa diundang. Menyelami kenangan demi kenangan yang kini begitu bernilai pelajarannya.
Tuhan... Enam bulan telah berlalu sejak aku meninggalkan Yogyakarta. Pergi dengan membawa ijazah S2 dan Fafa. Ke kota tercinta, Palembang. Kini, 6 bulan berlalu, di antara semua hitam itu, aku tetap harus menengadahkan kedua tanganku ini, bersyukur. Aku masih bisa bertahan, dan semoga terus akan begitu.
Enam bulan sebagai dosen tetap yayasan di STISIPOL Candradimuka, alhamdulillah aku kini sudah ditunjuk sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasinya. Sungguh, aku sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Mendapatkan kepercayaan langsung dari Ketua STISIPOL Candradimuka, Dr. Hj. Lishapsari Prihatini, M.Si untuk hal ini. Terima kasiiih...
Aku hanya ingin bercerita bahwa inilah mungkin salah satu bentuk kasih Tuhan di sela-sela duka yang harus aku rudung. Tidak, tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Kalaupun ingin salahkan diri ini, pun tak mengapa. Cinta itu hanya untuk 1 pasangan. Janganlah naif, aku akan memilih untuk mengikhlaskanmu pergi daripada terbagi. Dan kini semuanya sudah jelas berdasarkan hukum. Selamat berbahagia. Aku cukup puas menikmati malam dengan kesenduan.
Dan mungkin di hari-hari lain, kesenduan itu pun akan berubah dengan gilanya. Berubah lagi dengan kesibukan. Berubah lagi, dan terus berubah.
Sekarang, hidupku di sini. Di sini... Di Palembang, di tengah keluarga tercinta, bersama buah hati tersayang. Alasan terkuatku untuk terus hidup. Sesekali nafas berat dihembuskan. Terus berdoa, semoga Allah senantiasa menguatkan. Senantiasa membuka jalan agar suatu hari kebahagiaan itu juga menjadi bagianku. Amiiin...
Yah, aku senantiasa berusaha untuk menyukuri hidupku. Berusaha untuk tidak pernah menyesali langkah yang sudah kuambil. Berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untuk buah hati tersayangku, Fafa. Berusaha untuk tenggelam dalam kesibukanku di dunia kerja agar tak selalu teringat dengan masa laluku.
Tapi, kau tahu, ternyata aku ini hanya seorang manusia biasa. Semua orang yang mengenalku, selalu mengatakan aku hebat, kuat, tangguh. Tapi, aku sendiri tidak tahu, aku merasa tak ada yang hebat, kuat, ataupun tangguh. Aku biasa-biasa saja. Aku hanya menjalani hidup, mengalir, seperti yang Tuhan inginkan untuk kujalani.
(Fafa: My Life) |
Tuhan... Enam bulan telah berlalu sejak aku meninggalkan Yogyakarta. Pergi dengan membawa ijazah S2 dan Fafa. Ke kota tercinta, Palembang. Kini, 6 bulan berlalu, di antara semua hitam itu, aku tetap harus menengadahkan kedua tanganku ini, bersyukur. Aku masih bisa bertahan, dan semoga terus akan begitu.
Enam bulan sebagai dosen tetap yayasan di STISIPOL Candradimuka, alhamdulillah aku kini sudah ditunjuk sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasinya. Sungguh, aku sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Mendapatkan kepercayaan langsung dari Ketua STISIPOL Candradimuka, Dr. Hj. Lishapsari Prihatini, M.Si untuk hal ini. Terima kasiiih...
(Sekjur dan Wisuda STISIPOL) |
Dan mungkin di hari-hari lain, kesenduan itu pun akan berubah dengan gilanya. Berubah lagi dengan kesibukan. Berubah lagi, dan terus berubah.
Sekarang, hidupku di sini. Di sini... Di Palembang, di tengah keluarga tercinta, bersama buah hati tersayang. Alasan terkuatku untuk terus hidup. Sesekali nafas berat dihembuskan. Terus berdoa, semoga Allah senantiasa menguatkan. Senantiasa membuka jalan agar suatu hari kebahagiaan itu juga menjadi bagianku. Amiiin...
0 Response to "Curhat di Suatu Malam"
Post a Comment