TENTANG GERIMIS YANG MANIS (SEBUAH PUISI)
Antara Kau, Aku, dan Embun
Kita terdiam
Kopimu utuh, panasnya tak kau sentuh
Hingga baranya mendentum runtuh
Lalu kususun lagi, kebisuan menjadi elegi
Namun hening tetaplah
Menghitung wujud bayangmu yang kian rebah
Di luar, langit masih basah
Mengembunkan kaca dengan bulir kata
Di sana , kita mengeja resah
Seolah tak ada esok, lalu kita pisah
Solo, 121215
Suatu Pagi yang Basah
Suatu pagi
Saat mentari meninggi
Kau menangis, mengadu pada bumi
Semalam telah kau puaskan dahaga
Pada kisah yang tak lagi sempurna
Waktu membuatmu terjaga
Menamatkan aksara tanpa kata
�Ini bukan tangis. Ini hanya gerimis.�
Katamu, seolah tak ada lagi rindu
Kau sematkan pada ragu
Solo, 121215
Masih Tentang Gerimis
Gerimis turun sepanjang waktu
Dan kau hitung tajam rintiknya
: satu satu
Tak ada suara
Hanya katak kegirangan karena hujan tiba
Aku suka gerimis, katamu
Di sanalah aku mampu menyembunyikan tangis
Lalu perkabungan yang sempurna
Bahkan kehilangan di antara rintiknya tanpa jeda
Gerimis pun makin menderu
Meluruh rasamu dalam gigil tanpa seru
Lalu kau menjelma basah
Seolah mampu memendam harumu rendah
Solo, 121215
0 Response to "TENTANG GERIMIS YANG MANIS (SEBUAH PUISI)"
Post a Comment