Adsterra

YANG KEMBALI (SEBUAH PUISI)



Menjarak Kenangan

Ia mengukur waktu
Menjarakkannya dengan masa lalu

Langit belumlah basah saat ia menengadah
Mencengkeram hatinya agar tetap melangkah
Ah, jalan itu
Setajam rumput yang menjarum
Meninggalkan luka menganga di rongga dadanya

Ada pekik suara
Di antara denting kelopak bunga
Tetiba langit murung, menghantarkan mendung
Bukan, bukan air mata
Hanya desiran darah yang membuncah

Barang kali kenangan telah membenci hingga
Tak mau kembali, pikirnya

Tapi lampu-lampu itu masih menyala
Memberinya terang, di antara gerombolan orang
Menyapanya dalam kidung-kidung duka

Solo, 081215


Dalam Kereta

Di antara lorong dan bangku-bangku kosong

Beberapa orang duduk, tertunduk
: menyerah pada lelah
Kesunyian pecah menjelma gundah
: desah nafas, detak jantung, dan denting arloji
Saling menyahut tak mau mengalah

Dan kereta masih melaju
Meski buta arah kau tuju

Solo, 081215



Denting Kematian

Mata itu
Memindai wajah-wajah dalam bingkai

Aku tak mengenalnya, katanya
Dalam isyarat dan raut duka

Ia ada di sana, malam itu
Memintal waktu
Di luar, siluet kematian
: menunggu
Hingga saat berikutnya
Adalah sepi mencekat suara, gerak dan rasa
Lalu detik tak berbekas
Hingga nyawanya hilang, lepas

Solo, 081215

0 Response to "YANG KEMBALI (SEBUAH PUISI)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel