PROM #116 : PEREMPUAN BERNAMA PUAN
Untuk kesekian kalinya kau meneteskan air mata. Senyum manismu seketika hilang karena tingkahnya yang lagi-lagi menyakiti hatimu. Tapi kau ... Ah, Puan. Cinta telah membutakanmu.
Itulah dirimu yang ada dibayanganku sekarang ini.
�Aku benci dia, Rio . Aku benci!� katamu di antara isak tangis.
Tak tahukah kau, entah mengapa aku ingin tersenyum. Sudah berapa kali kau katakan itu, hai Puan. Saat dia menyakitimu, bibirmu mengucap sumpah serapah untuknya. Tapi begitu dia kembali merayumu, kau kembali mabuk dalam pesona cinta. Kau selalu bilang membencinya, namun kau juga selalu kembali kepadanya. Ah, Puan. Kau begitu membingungkan.
�Kamu selalu ada untukku, Rio . Saat aku sedih kau selalu menghiburku,� ucapmu terbata.
Baguslah kalau kau sadar itu. Tapi sepertinya, dari kata-katamu, aku hanyalah pelengkap penderitaan. Itu tak cukup bagiku, Puan. Aku ingin semuanya. Menginginkanmu di setiap suka duka. Mungkin sekali waktu aku perlu meninggalkanmu. Agar kau sadar betapa aku telah masuk begitu dalam ke kehidupanmu.
Hari ini, sudah belasan kali kau menelfonku. Namun jangan berharap aku akan mengangkatnya. Puluhan pesan suara sudah kau kirim pula. Tahukah kau Puan, aku katakan padamu sekali lagi, keheningan ini menyenangkan. Mendengar amarahmu tentangnya dan kegundahanmu atas menghilangnya aku di setiap pesan suara yang kau kirim, membuatku menyadari banyak hal. Apalah dirimu tanpaku, Puan.
Kurasa, kau perlu mendengarkan sendiri intonasi suaramu. Suara yang mewakili isi hatimu. Kau lebih membutuhkanku dari pada dia. Tapi kenapa, Puan? Kenapa? Kau masih saja mengingkari keberadaanku di hatimu.
�Kamu dimana, Rio ?� suaramu yang terekam untuk kesekian kalinya keluar dari mesin penjawab telefon.
Hai, Puan. Aku di sini. Masih seperti biasa, aku menunggumu, memperhatikanmu, dan merekam semua tentangmu diingatanku. Sepertinya aku masih harus melapangkan dada untuk semua sikapmu yang membingungkan.
Baca juga, ya ...
0 Response to "PROM #116 : PEREMPUAN BERNAMA PUAN"
Post a Comment