Adsterra

BAB IV

Di Ruang Kampus ....
"Kamu ga makan Ni?" tanya Dion
............
"Ni ... " ulang Dion sambil menepuk pundakku 
"Sakit Dion, apaan sih?" bentakku seraya bangkit meninggalkan kursiku
"Sorry Ni" sesal Dion

Aku berjalan keluar ruang kelas, Dion membuntutiku dari belakang
Di taman kampus aku berhenti dan duduk, tak mau kalah Dion ikut duduk di sebelahku

Di Taman Kampus ....
Diam .... Hening .... Tanpa Suara ....
"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini Ni?" Dion membuyarkan suasana
"Aku tahu Andi sangat berarti buatmu, tapi kamu tidak harus seperti ini terus, masa depan kamu masih panjang Ni, aku yakin Andi pun di atas sana pasti juga akan sedih kalau liat kamu seperti ini terus. Bukan bermaksud mengguruimu, tapi tolong kamu pikirkan ini, dunia ini luas bukan hanya Andi, sorry aku ngomong seperti ini ke kamu, aku cuma gak ingin liat kamu yak gini terus itu aja, kalo kamu butuh temen ada aku yang siap buat kamu Ni" Dion kemudian berlalu meninggalkanku.

..........................................................
..........................................................

Di Kamar Yani ....
Apa - apaan sih Dion tadi siang, tau apa dia tentang aku, tau apa dia tentang masa depan, mentang mentang dia paling pinter se kelas, IPK tertinggi. Hidup hidup aku juga ngapain sih dia ikut campur, bikin BT aja deh. 
"Non Yani, Non  ... " suara Bibi terdengar tergesa -gesa
 "Iya Bi ..." Jawabku
"Ada apa Bi, kok ngos-ngosan gitu"
"Maaf Non, barusan Bibi dapat telp dari anak Bibi di Malang, katanya si Diqin sakit keras, Bibi disuruh balik"
"Ya udah Bi gpp, Yani anter ke Stasiun ya Bi, naik kereta malam aja"
"Iya Non, makasih"

Dalam Perjalanan
Motor maticku kulaju dengan cepat ke arah stasiun untuk mengejar kereta, sesampai disana Bibi kubelikan Tiket. Berlalu lah Bibi di kereta meninggalkan Stasiun. Aku pun berbegas keluar stasiun dan berniat kembali pulang.

Di Rumah
"Yani ..." suara Papah menyambutku
"Eh Papa dah pulang?"
"Ini surat pindah kampus kamu ke Semarang sudah beres, minggu depan kamu bisa masuk di Semarang"
"Kenapa Pah?" tanyaku memelas
"Papah pengen kamu mandiri dan lepas dari bayang - bayang Andi"
"Baik Pah" jawabku
Walaupun aku sebenarnya tidak setuju tapi dar kecil aku tidak pernah sekalipun untuk menolak keinginan papah.

BERSAMBUNG ...

0 Response to "BAB IV"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel