Perang 1/2 Juta Suku CIMBRI, Hidup-Mati Republik Romawi
Kedatangan suku Cimbri yang kedua terjadi pada tahun 102 Sebelum Masehi. tiga tahun setelah pertempuran Arausio dimana hampir 100 ribu prajurit Romawi menjadi korban kekalahan, tepat 10 tahun setelah pertempuran Noreia dimana Romawi pertama kali bertemu dan dikalahkan oleh suku Cimbri yang bermigrasi ke wilayahnya. mengetahui kedatangan suku Cimbri kembali, mau tidak mau semua warga dan prajurit Romawi menjadi was-was.
Perang tidak terhindarkan dan mereka belum pernah menang melawan orang barbar dari utara tersebut. sekarang Cimbri sudah mengalahkan banyak suku besar di Jerman dan juga Gallia sehingga reputasinya semakin menyeramkan. Cimbri diketahui memiliki sekutu baru yang membuat jumlah mereka semakin membengkak. keseluruhan pasukannya tersebut mengarah ke timur menuju ke dataran Italy yang subur.
Jumlah pasukan Cimbri begitu besar sehingga mereka merasa lebih mudah untuk membagi dua pasukannya dan bergerak melalui rute yang berbeda. hal ini mencegah pasukan besar mereka ditahan mati-matian oleh Romawi pada sebuah tempat yang bisa membuat mereka kehabisan makanan dan kesulitan air bersih. mereka juga berharap Romawi dapat dikejutkan dengan kedatangan 2 rombongan dari jalur yang berbeda.
Marius mengetahui lawannya terbagi dua dan menyukai perubahan baru tersebut. ia merasa lawan yang berjumlah lebih kecil lebih mudah untuk diatasi walaupun tentunya ia juga harus membagi dua pasukannya. dengan segera ia membuat rencana untuk bertahan pada 2 titik strategis. Marius mengarah ke Aqua Sextiae yang lebih sukar dipertahankan sedangkan co-Konsulnya, Catulus bertahan di utara sekitar kaki gunung Alps.
Empat puluh ribu pasukan Romawi di bawah Marius bergerak ke barat menyongsong kedatangan suku Cimbri. legiunnya sekarang bisa bergerak cepat karena tidak bergantung pada kereta transportasi, mereka juga mampu melalui medan yang berat dan terisolasi dari jalan sehingga kecepatan gerak mereka lebih tinggi bahkan lawannya sekalipun yang mengandalkan kereta dorong untuk membawa keperluan hidup nomaden mereka.
Kedua pasukan nyaris bertemu tetapi sebelum orang Cimbri memaksa bertempur, Marius mundur teratur. ia sekedar memancing mereka ke tempat pilihannya yang dirasa lebih mudah untuk dipertahankan. akhirnya pasukan Romawi tiba di Aqua Sextiae sebuah benteng kuno yang sudah kosong terbengkalai. berbeda dengan sebelumnya, kali ini Marius memerintahkan pasukannya untuk bertahan sembari memperkuat benteng tersebut.
Aqua Sextiae berdiri di atas sebuah bukti curam sehingga mudah untuk dipertahankan tetapi hal tersebut juga membuatnya memiliki beberapa kelemahan. lokasinya yang terjal membuat Romawi kesulitan membangun tembok kayu yang harus dibawa dari bawah. akibatnya benteng tersebut hampir gundul tanpa pagar keliling dan hanya memiliki sedikit fasilitas pertahanan. lebih fatal lagi, tidak ada sumber air untuk minum.
Beberapa kali hampir bertemu dengan Cimbri membuat moral pasukan Romawi jeblok karena mendengar saksi yang melihat lawan yang berjumlah luar biasa besar dibandingkan dengan mereka. apalagi sekarang pasukan Romawi hanya mengandalkan sebuah perbentengan kuno yang tampak tidak layak untuk bertahan. nasib mereka terlihat suram apalagi setelah mengetahui persis bahwa orang Cimbri masih mengejar mereka dengan selisih 1 hari perjalanan.
Walaupun demikian Keledai Bisu Marius terus bekerja, pelatihan dan reformasi yang dilakukan membuahkan hasil. pada saat yang genting seperti itu sekalipun mereka tidak memberontak ataupun lari. 1-1nya hal yang mengganggu adalah bekal air yang semakin menipis. di tengah kehausan mereka meminta izin untuk mengambil air, namun sungai terdekat berada di bawah benteng melintasi sebuah hutan dimana pasukan Cimbri bisa hadir kapan saja.
Marius berkelakar kalau hutan sudah dipenuhi oleh orang Cimbri dan meyakinkan pasukannya untuk menyelesaikan pekerjaan perbaikan benteng terlebih dahulu. barulah ketika perbekalan air mereka habis Marius mengutus sejumlah kecil pasukan untuk mengambil air di sungai. tentu prajurit lainnya khawatir karena hutan tersebut mungkin sudah terisi penuh oleh pasukan lawan. benar saja, tanpa mereka ketahui suku Ambrones garda terdepan Cimbri telah tiba.
Ketika prajurit Romawi keluar dari hutan dan tiba di sisi sungai tiba-tiba semua mata melotot tajam. suku Ambrones terkejut dengan kedatangan Romawi yang mereka kira sedang sibuk melarikan diri. pada saat itu suku mereka sedang makan, mandi, cuci baju atau istirahat di sisi sungai ketika Romawi datang bagaikan hendak menyergap. kedua pihak sama-sama panik, Romawi yang lebih terlatih mampu membentuk formasi tempur sembari komat-kamit menyumpah Marius.
Tetapi anehnya pasukan Ambrones justru terlihat linglung. teriakan mereka yang seharusnya lantang terdengar tidak kompak. sebagian memang baru makan dan tentu sulit teriak kencang penuh amarah apabila perut masih kenyang. banyak yang bergerak tanpa komando dimana sebagian menyerang sedangkan lainnya mundur. melihat hal ini pasukan Romawi menjadi percaya diri dan membalas teriakan perang secara kompak yang justru membuat lawan kehilangan nyali.
Senjata makan tuan, suku Ambrones gentar dibuatnya sedangkan pasukan Romawi berada di atas angin. akibatnya rombongan Romawi berani menerjang maju. dalam situasi kehausan, terjepit dan lawan yang terlihat jauh lebih lemah serta kebingungan membuat mereka menjadi beringas. dari atas benteng Marius dan pasukannya terbakar semangatnya ketika menyaksikan keributan yang terjadi di sekitar sungai dan hutan.
Pasukan Marius yang tadinya takut menjadi terbakar emosinya karena khawatir dengan rekan-rekan mereka. memang dengan sengaja Marius mengutus pasukan yang relatif lebih muda untuk tugas mengambil air sehingga kerabatnya, kakak atau ayahnya yang ada dalam pasukan menjadi naik darah. ketika nyali dan tekad pasukannya sudah tinggi Marius mengerahkan seluruhnya dalam sebuah serangan besar ke arah hutan dari beberapa sisi.
Tiga puluh ribu orang Ambrones pada hari tersebut ditumpas habis oleh Romawi. padahal berjumlah nyaris sama besar tetapi korban jiwa di pihak Romawi termasuk ringan. banyak alasan bagi Romawi untuk merayakan kemenangan tetapi malam tiba dan prajuritnya malah bergidik ketakutan. mereka tahu yang baru saja mereka kalahkan hanyalah pasukan terdepan. masih ada seratusan ribu induk pasukan Cimbri yang akan segera datang.
Benteng mereka yang gundul tanpa tembok keliling membuat suasana mencekam apalagi banyak suara dan aktivitas mencurigakan dari arah hutan. pagi tiba dan Marius bingung karena lawannya tidak menampakkan diri. regu pengintai memastikan keberadaan lawan di dalam hutan sedang berdiam dan tidak membentuk formasi tempur. Marius berpikir kalau lawannya sedang menunggu sisa pasukan yang belum tiba.
Kesempatan tersebut tidak bisa diekspolitasi karena jumlah lawan yang jauh lebih besar. Marius terpaksa menunggu karena 1-1nya harapan untuk menang adalah bertahan dengan memaksimalkan keunggulan lokasi di atas bukit curam untuk mengatasi perbedaan jumlah. namun selang sehari lawan mereka tetap tidak bergerak dan tidak ada tanda-tanda kedatangan pasukan lain. hal ini membuat Marius bingung.
Beberapa waktu berlalu hingga ia menduga bahwa lawan berniat membuat mereka kehabisan makanan dan minuman sehingga terpaksa mundur. ini sesuatu yang tidak disangka-sangka. biasanya lawan yang memiliki keunggulan jumlah yang besar selalu percaya diri dan menyerang pada kesempatan pertama. tapi memang hal itulah yang terjadi, para tetua lawan yakni suku Cimbri-Teutones tidak mau ambil risiko karena dikejutkan oleh kekalahan suku Ambrones.
Kehancuran Ambrones membuat mereka berpikir bahwa Romawi memiliki jumlah yang jauh lebih besar. menurut perhitungan mereka untuk mengalahkan 30 ribu orang Ambrones dalam setengah hari pastilah Romawi memiliki setidaknya 60 hingga 90 ribu orang prajurit. selagi Teutones belum bergerak, Marius mempelajari gerak gerik lawannya lalu merubah siasatnya.
Sebelum matahari terbit pada hari kedua Marius mengutus 3000 prajurit pilihan, sekitar 5 cohort atau 1/2 Legiun. mereka diperintahkan untuk mengambil rute memutar melalui lembah curam di belakang lalu menerobos hutan ke arah lawan. bukan hal yang mudah mengingat sulitnya medan terjal dan hutan lebat yang harus dilalui. selain itu mereka juga dituntut bergerak secara senyap ketika melintas jauh di dalam wilayah lawan.
Risikonya besar tetapi Marius memperhitungkan bahwa perhatian suku lawan tertuju kepadanya sehingga tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya yang berjarak jauh. ia sendiri sudah memetakan geografi wilayah tersebut sehingga cukup tahu waktu yang dibutuhkan bagi pasukan pilihannya untuk menempuh rute tersebut. pasukan utamanya sendiri diistirahatkan, pagi-siang mereka tidur agar segar ketika dibutuhkan. setengah hari berlalu sebelum Marius mulai bersiap.
Ia menggerakan pasukannya yang sudah segar dan membentuk formasi tempur. kesibukan Romawi di atas bukit membuat lawannya yakni suku Teutones berang. setelah menunggu 2 hari dan sebenarnya tidak setuju dengan rencana para tetuanya yang dianggap pengecut, orang Teutones secara tiba-tiba menyerang maju. ternyata banyak yang kehabisan kesabaran dan serangan kecil menjadi serangan besar. Marius terkejut namun merasa diuntungkan.
Sekarang Marius bisa bertahan pada tempat yang ia inginkan, Romawi menyambut serbuan Teutones dengan hujan lembing dari atas bukit. barisan demi barisan suku Teutones terus maju menerjang bukit tetapi lokasi yang curam dan sedikitnya akses masuk membuat mereka menjadi korban entah karena terjatuh, terinjak atau mati lemas terdorong barisan di belakangnya. lebatnya hujan lembing membuat serangan Teutones berkurang perlahan dan akhirnya terhenti.
Menyadari bahwa telah jauh korban jiwa yang besar dipihaknya, suku Teutones gugup dan berlari ke arah hutan. pasukan Romawi turun bukit dan ikut mengejar, Marius hendak mengeksploitasi pelarian lawannya. barisan induk Teutones di hutan langsung dilabrak oleh pasukan Romawi yang terus merangsek masuk ke dalam hutan. pertempuran berlangsung dengan keras ketika suara keributan muncul di belakang posisi lawan jauh di dalam hutan.
Dari suara dan tanda-tanda yang khas dipastikan bahwa pasukan Marius yang memutar telah tiba. kehadiran ribuan pasukan Romawi di belakangnya membuat suku Teutones kaget setengah mati. pasukan terdepan mereka panik dan menganggap ini sebagai sihir, mereka kembali teringat dengan nasib suku Ambrones yang ditumpas habis sehingga pelarian merajalela. tiap clan kabur dari barisan tempur untuk menyelamatkan rombongan mereka sendiri.
Pasalnya anak dan istri mereka ada di belakang bersama dengan kereta, perkemahan dan segala harta benda. hancurnya lini depan dan tidak adanya penjagaan di lini belakang membuat Teutones tamat sebagai sebuah kekuatan militer. padahal jumlah Teutones lebih dari cukup untuk membentuk barisan depan dan belakang yang berjumlah lebih besar dari Romawi. tetapi tanpa adanya latihan dan struktur komando yang profesional membuat keunggulan jumlah menjadi sia-sia.
Strategi Marius membuat Romawi mampu mencetak sebuah kemenangan besar. pasukan Cimbri-Teutones setidaknya berjumlah 100 ribu orang, 3x lipat dari jumlah pasukan yang dibawa oleh Marius tetapi berhasil dikalahkan dan banyak yang dibawa sebagai tawanan. raja suku Teutones sendiri tertangkap hidup-hidup dan dibawa ke Roma untuk diarak dalam parade kemenangan. tiba di Roma rombongan Marius disambut secara besar-besaran.
Bahwa Marius mampu memenangkan perang melawan barbar yang belum pernah dikalahkan sebelumnya dengan pasukan dan korban jiwa yang jauh lebih kecil membuatnya dipuja oleh semua warga. apalagi melihat besarnya rampasan perang yang berisi harta kekayaan suku Teutones dalam perang sebelumnya di berbagai wilayah. sosok Marius begitu populer sehingga tidak lama kemudian ia kembali terpilih sebagai Konsul.
Namun perang belum berakhir, rekan Konsulnya yakni Catulus yang bertahan di kaki gunung Alps akhirnya kewalahan karena suku Cimbri memecah diri dan melewati posisinya. ia hendak mundur ke posisi lain yang sudah dipersiapkan. pertahanan lapis keduanya sudah cukup kokoh dengan bentangan sungai besar dan satu akses jembatan yang dijaga dengan benteng di kedua sisinya. malangnya suku Cimbri menggila.
Di tengah musim dingin sekalipun ketika banyak yang tidak memiliki pakaian hangat bahkan bugil, sebagian pasukan Cimbri naik ke bukit lalu menunggangi perisai layaknya papan ski ke arah lembah. di bawah mereka menemukan hulu sungai dan membendungnya dengan menumpuk berbagai material berat. setelah dirasa cukup mereka lalu menjebol bendungan tersebut. akibatnya pohon dan bebatuan besar meluncur ke arah hilir.
Pertahanan Romawi di pinggir sungai dilanda banjir besar yang datang tiba-tiba. tembok mereka jebol dan banyak prajurit hanyut atau mati kedinginan. ditambah lagi dengan kedatangan lawan secara tiba-tiba di kedua sisi sungai sehingga pasukan Romawi belarian keluar. Catulus iba dengan nasib bawahannya sehingga memerintahkan adjudannya untuk membawa panjinya ke arah mereka yang lari agar terhindar dari hukuman desersi.
Sang co-Konsul membuat seakan-akan pelarian tersebut adalah perintahnya, bukan sebuah desersi. namun akibatnya sisa pasukan Romawi yang hendak bertahan menjadi bingung lalu ikut mundur. di tengah kepanikan dan pelarian beberapa prajurit tetap bertahan di jembatan. pasukan Cimbri mengepung mereka tetapi kagum dengan nyali orang Romawi sehingga membebaskannya setelah bersumpah di depan altar suci mereka.
Hilangnya penjagaan Romawi membuat suku Cimbri bebas menjarah ladang, perkebunan dan peternakan yang ada di daerah tersebut. Catulus tiba di Roma dengan berita kekalahan yang mengejutkan. kubu Marius agak senang karena secara politis posisinya semakin penting sebagai 1-1nya Konsul yang mampu meraih kemenangan. tetapi timbul sebuah dilema dimana mereka tidak menginginkan Marius untuk kembali berperang.
Sebab apabila kalah maka jasa-jasa Marius akan sirna dan lawan politiknya akan menggunakan satu kegagalan tersebut sebagai senjata untuk menyudahi karier Marius dan sekutunya. apalagi ia adalah seorang minoritas yang posisinya sudah terlalu tinggi sehingga membuat banyak tokoh pribumi asli Romawi iri hati dan malu terhadapnya. taruhannya besar tetapi Marius memilih bersikap kesatria dan bersedia memimpin perang berikutnya melawan Cimbri.
Marius mengutus Catulus untuk memimpin Legiun pribadinya untuk menjaga Cimbri agar tidak melintas lebih dalam ke selatan. hal ini untuk menyelamatkan harga diri Catulus yang semakin jatuh. Marius sendiri bersiap dengan sisa pasukan Catulus yang digabungkan dengan sebagian veteran dari Legiun lain yang masih dimiliki Romawi. musim dingin berakhir tanpa konflik tambahan dan di awal musim panas pasukan induk Romawi mulai bergerak.
Dalam perjalanan orang Cimbri mengirim utusan, ternyata setelah beberapa tahun mereka sudah mempelajari kebiasaan setempat. di hadapan Marius utusan tersebut menawarkan perdamaian, sebagai gantinya wilayah di sekitar sungai tersebut diberikan kepada suku Cimbri. menanggapi ini Marius menjawab bahwa daerah yang dimaksudkan terlalu luas bahkan untuk ukuran orang Cimbri sekalipun.
Sang utusan menjawab bahwa mereka sedang menunggu saudara mereka yang akan segera tiba. mendengar hal itu Marius lalu bertanya, "saudara yang mana?"
Ketika utusan tersebut menjawab orang Teutones, langsung saja semua orang Romawi yang hadir tertawa keras. Marius berkata, "Oh tidak usah pusing dengan saudaramu yang itu. kita sudah berikan tanah yang cukup untuk mereka huni selamanya."
Utusan Cimbri mengira sedang menerima penghinaan sehingga bersumpah bahwa Romawi akan menemui balasannya ketika suku Teutones tiba dan bersatu dengan Cimbri. Marius yang memang memiliki kebiasaan bicara ceplas-ceplos dan selalu mengemukakan pikirannya kembali berseloroh, "Tidak perlu repot-repot, saudaramu si Teutones sudah dekat banget kok."
Sesuai aba-aba seorang pengawalnya membawa seorang tahanan dalam keadaan dirantai ke dalam tenda pertemuan. utusan Cimbri kaget setelah mengenai wajah raja Teutones dan segera pulang. mendengar laporan sang utusan, petinggi suku Cimbri menjadi marah dan segera bersiap untuk sebuah perang besar yang akan membalaskan rasa sakit hati, harga diri dan kehormatan suku mereka yang diinjak-injak.
Pasukan Romawi bersiap dan sempat melakukan modifikasi kecil pada lembing (pillum) yang mereka miliki. apabila biasanya bagian kepala lembing dan gagang dihubungkan dengan 2 paku pada tiap sisi sekarang salah satu pakunya dicabut. hal ini berdasarkan dari pengamatan regu pengintai bahwa lawan menggunakan barisan perisai layaknya phalanx yunani. dengan 1 paku pada satu sisi membuat lembing bengkok ke satu arah ketika mengenai sasaran.
Apabila mengenai perisai lembing tersebut akan menancap dan bengkok sehingga menyulitkan lawan untuk mencabutnya. mereka terpaksa harus meninggalkan perisai yang menjadi berat dan sulit digunakan. selagi bersiap datang sejumlah besar pasukan berkuda ke arah Romawi. raja Cimbri hendak bertukar sapa sekaligus mengintimidasi pasukan Romawi. ia bertanya kepada Marius kapan dan dimana Romawi hendak bertempur.
Pertanyaan tersebut adalah sebuah tradisi yang sudah tidak lagi digunakan sejak era Hannibal dimana pertempuran dibuka atas dasar kesempatan dan tidak lagi dengan janjian. Marius mengerti bahwa lawan tidak mau menyerang perbentengan Romawi dan bermaksud bertempur di dataran terbuka dimana lawan lebih mungkin menang. patut dimengerti bahwa dimanapun pasukan Romawi beristirahat mereka hampir selalu membangun camp.
Camp tersebut tergantung dari kebutuhan bisa dibuat besar dan kokoh dengan parit, gundukan tanah tinggi dan tembok keliling beserta tower dan gerbang. bagi orang Cimbri hal tersebut tampak seperti perbentengan yang sulit diserang. Marius menjawab bahwa Romawi bisa perang kapan saja (tidak perlu janjian) tetapi untuk memuaskan lawannya ia menjawab dalam 3 hari. tempatnya pada sebuah sisi sungai yang luas sehingga kedua belah pihak bisa menggelar pasukannya.
Kedua belah pihak tiba di tempat yang dijanjikan dan mulai mengatur barisannya. Romawi dengan gabungan Catulus dan Marius hanya berkekuatan 50 ribu prajurit sedangkan suku Cimbri lebih dari 200 ribu infantri dan belasan ribu kavaleri. Catulus berada di tengah sedangkan Marius berada di sayap. perbedaan lawan yang 4x lipat membuat Marius mempersembahkan upacara untuk membuat tenang pasukannya yang sebagian berasal dari ex Legiun Catulus pernah dikalahkan.
Pertempuran dibuka dengan gerakan pasukan berkuda Cimbri yang maju menghampiri. tetapi tidak sampai kontak karena kemudian memutar untuk memancing barisan Romawi di sisi kanan dan kiri. tanpa diduga gerakan tersebut bertujuan untuk menyembunyikan gerakan infantri Cimbri di belakangnya. hal tersebut membuat pasukan Romawi terdepan terlambat menggunakan lembing lempar mereka secara efektif.
Terlihat bahwa orang Cimbri sudah paham dan jeri dengan hujan lembing sehingga melakukan cara tersebut untuk mengelabui Romawi. cara tersebut berhasil dan pasukan terdepan Cimbri selamat dari ancaman hujan lembing dan langsung melabrak barisan terdepan Romawi. formasi Romawi sendiri tampak tidak utuh karena banyak prajurit yang terpancing oleh pasukan berkuda lawan yang berbalik lari sehingga secara spontan melakukan pengejaran dan akibatnya merusak formasi.
Hanya beberapa lembing yang dapat dilemparkan sebelum pertempuran jarak dekat terjadi. kedua kubu berusaha melakukan yang terbaik dan Romawi yang kalah jumlah menunjukkan nyalinya dengan bertempur mati-matian. legiun yang berada di tengah di bawah Catulus banyak yang sampai naik pundak rekan mereka lalu melompat ke arah lawan untuk merusak formasi Cimbri dan membuat celah untuk dieksploitasi rekan-rekannya.
Terjadi deadlock karena keduanya sama kuat walaupun korban jiwa terus berjatuhan. gerakan pasukan berkuda, pertempuran antar infantri, cuaca kering serta angin dan pemilihan tempat di sisi sungai membuat banyak debu beterbangan yang menyulitkan pandangan. hal ini sedikit banyak diperhitungkan oleh Marius sehingga bersedia keluar dari perbentengan dan berperang di dataran terbuka melawan Cimbri yang jauh lebih besar darinya.
Bulan Agustus di tengah-tengah musim panas khas Italy membuat pasukan Romawi lebih prima karena terbiasa berperang di bawah terik matahari. sebaliknya orang Cimbri berasal dari wilayah beriklim dingin sehingga cepat lelah, kepanasan dan kehabisan napas di bawah terik matahari. apalagi ditambah dengan debu yang membubung tinggi. sejak awal Marius juga sengaja memilih sisi timur agar lawannya kejatuhan sinar matahari tepat di muka mereka ketika menyerang.
Kumpulan semua faktor di atas membuat barisan tempur Cimbri kepayahan, pasukan Romawi yang sebagian besar adalah petani atau peladang terbiasa kepanasan sehingga mampu bertahan jauh lebih lama sebelum digantikan oleh barisan lainnya. ketika orang Cimbri yang terdepan mulai terdesak, barisan dibelakangnya melihat barisan Romawi tertimpa matahari. armor dan helm Romawi yang terbuat dari logam dan dipoles terlihat mengkilat di antara debu yang beterbangan.
Melihat hal ini banyak Cimbri yang gentar karena mengira dewa-dewa berada di barisan Romawi. ketakutan tersebut semakin menjadi setelah barisan terdepan Cimbri yang sudah habis-habisan dan menderita korban jiwa yang besar tetap tidak mampu menjebol barisan Romawi. matahari dan debu yang semakin tinggi membuat efek pantulan semakin menjadi, langit bagaikan merah terbakar. hal yang kebetulan ini membuka celah bagi Romawi untuk menerjang maju.
Pada saat yang sama kavaleri Marius yang berjumlah lebih kecil keluar dari persembunyian di belakang dan melabrak kavaleri Cimbri yang masih mengganggu sisi belakang Romawi. dijepit oleh barisan infantri dan kavaleri Romawi, pasukan berkuda Cimbri kehilangan ruang gerak dan dikalahkan sedikit demi sedikit. dengan susah payah pasukan Romawi mengalahkan belasan ribu pasukan berkuda Cimbri sehingga membebaskan seluruh barisan untuk bergerak maju.
Situasi ini membuat pasukan Cimbri gantian bertahan. pada garis pertahanan terakhir ini mereka sempat menggunakan rantai yang diikat di pinggang agar tidak ada yang lari dari pertempuran. namun sebagian jumlah mereka sudah tidak prima karena luka dan kelelahan, sebagian lainnya moralnya sudah jeblok karena lawan tampak tidak bisa dikalahkan. bertahun-tahun selalu menang membuat Cimbri menjadi panik ketika merasakan kekalahan.
Pertempuran tidak berlangsung imbang walaupun jumlah Romawi lebih sedikit dibanding Cimbri yang masih berkekuatan di atas 150 ribu jiwa. barisan phalanx yang dirantai membuat Cimbri kesulitan dalam pertempuran dinamis yang dikuasai oleh prajurit Romawi. barisan terdepan Cimbri yang dipimpin oleh sang raja akhirnya tidak mampu bertahan dan hancur. melihat hal ini pasukan yang tersisa segera bubar berantakan yang kemudian menyulut sebuah tragedi.
Di perkemahan Cimbri kaum wanita membunuhi siapapun yang lari ke arah mereka. hal ini untuk membuat pejuang mereka berbalik dan berperang kembali, tetapi keadaannya sudah sangat buruk sehingga hal ekstrim inipun menjadi tidak berguna. ketika Romawi mendekat, banyak wanita yang menghabisi suami dan ayah mereka yang terluka lalu kemudian anak-anak mereka sendiri. mereka kemudian menjatuhkan diri ke arah kereta kerbau atau kuda yang melintas.
Sebagian lainnya menggantung diri pada apapun yang bisa digapai. kaum pria yang panik mulai mengikuti dengan ramai-ramai melilitkan leher atau tubuh mereka pada tubuh kerbau yang ketika dilukai akan mengamuk dan membuat leher mereka patah. disebutkan bahwa sebagian dari korban perang terjadi di tangan Cimbri sendiri. mereka begitu yakin sudah dikalahkan setelah raja Cimbri menjadi korban sehingga bunuh diri masal tidak terhindarkan.
Di tengah suasana bunuh diri masal, 60 ribu orang berhasil ditawan. jumlah yang berhasil bunuh diri diperkirakan 2x lipat dari yang berhasil diamankan. apabila benar maka suku Cimbri masih berjumlah 180 ribu jiwa ketika memutuskan untuk bunuh diri daripada bertempur. padahal Romawi hanya berkekuatan 50 ribu prajurit di awal perang.
Marius pulang dengan kemenangan besar, sang Konsul lagi-lagi membuktikan diri sebagai jendral yang sangat piawai. tetapi ada saja pihak yang merasa tidak puas, rekan Konsulnya yakni Catulus berusaha merebut sebagian kehormatan karena merasa pasukannya di bagian tengah bekerja lebih keras. Marius tidak ambil pusing dan dalam upcara sengaja menyebutkan kemenangan mereka berdua untuk menjaga hubungan baik.
Ketika itu Marius sudah menjadi Konsul 5x berturut-turut. hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya apalagi Marius terus menjadi konsul tanpa putus. tetapi Marius begitu populer dan dipercaya sehingga terus terpilih hingga 6x tanpa bisa dibendung. usianya ketika itu sudah sepuh namun sisa kehidupan Marius masih berwarna.
Pergolakan politik antara pembesar lama Romawi dan golongan bawah seperti dirinya terus berkecamuk. akhirnya jatuh korban jiwa dan Marius disalahkan atas konflik yang terjadi sehingga untuk menjaga keutuhan pemerintahan Romawi ia memilih pensiun atau mengundurkan diri dari pemerintahan. dengan sukarela ia tinggal di luar Roma untuk mendinginkan suasana antar kubu yang bertikai.
Sebelum dan ketika pensiun Marius masih aktif dalam beberapa perang walaupun kesehatannya mulai menurun. hal ini membuatnya kurang populer di mata generasi muda yang hendak mencari nama karena Marius terus membawahi mereka. namun tidak bisa dipungkiri kalau Marius masih mampu mencetak banyak keberhasilan militer. hanya gabungan usia tua, penyakit kambuhan karena kanker di kedua kakinya dan kemungkinan sebuah stroke membuatnya harus istirahat.
Namun kesehatannya kemudian membaik dan ia kembali melatih fisiknya walaupun ditertawakan sebagai orang tua yang tidak tahu diri. berbeda dengan fisik, pikiran Marius sudah mulai melemah, kombinasi dari sakit menahun, operasi pengangkatan tumor di kakinya, juga banyaknya konflik yang ia lalui bisa berakibat pada trauma atau gangguan psikis lainnya yang tidak terlihat dari luar. pada situasi seperti ini datang kejadian yang paling berat dalam hidupnya.
Sulla mantan bawahannya merebut komando pasukan dan membangkang perintah Konsul yang merupakan seorang simpatisan Marius. tanpa diduga Sulla yang merupakan keturunan keluarga terpandang Romawi melakukan hal yang paling tabu dalam konsitusi Romawi, ia membawa pasukannya menyerang kota Roma. Marius memimpin pasukan yang terdiri dari budak dan gladiator, ia sempat menang pada pertempuran awal tetapi kalah jumlah sehingga terpaksa melarikan diri.
Ia hendak kabur ke Afrika mencari pensiunan pasukannya dalam perang Jugurtha untuk bersembunyi. naas Sulla sudah menguasai Senat dan mengeluarkan perintah untuk menghukum mati Marius. akibatnya perjalanan Marius menjadi sangat berbahaya. ia dikejar dan berkali-kali hampir ditangkap. setelah dibuang oleh pemilik kapal yang kabur karena takut terlibat, Marius terus melarikan diri dengan berjalan kaki di pesisir Afrika utara.
Marius yang sudah berusia di atas 60 tahun harus keluar masuk rawa dan sungai untuk bersembunyi, dalam prosesnya ia harus kehilangan beberapa anggota keluarga dan pelayan terdekatnya yang tewas terbunuh. walaupun sempat disembunyikan oleh penduduk setempat tetapi Marius kemudian tertangkap. walaupun begitu dirinya masih ditakuti oleh prajurit sehingga tidak jadi dibunuh melainkan dibawa ke kantor walikota.
Walikota tersebut mengenal Marius tetapi kurang menyukainya karena dahulu pernah meminta kemudahan tetapi ditolak. namun ia tidak tega untuk menghabisinya, hanya atas desakan rekan-rekannya ia mengutus seorang pembunuh. beruntung Marius terbangun dari tidurnya dan berteriak lantang, "tahu kau siapa diriku? (aku adalah) Marius penyelamat Italy!" sehingga pembunuhnya lari ketakutan.
Kejadian tersebut membuat walikota tersebut semakin kagum dan kemudian menyembunyikan Marius. namun semua kejadian di atas membuat psikis Marius semakin terganggu. perubahan selalu terjadi dan ketika Sulla sibuk bertempur di Yunani jauh, kota Roma kembali bergejolak dan pemerintahan Romawi kembali dilanda kekacauan. Marius menyebrang ke Italy dan diterima oleh hampir semua warga Romawi.
Marius membawa pendukungnya kembali ke kota Roma. ia melakukan beberapa aksi pengamanan atas nama Konsul yang bertugas. tetapi situasi terus memburuk sehingga Marius terpilih sebagai Konsul untuk ke 7 kalinya setelah Konsul yang bertugas turut terbunuh dalam konflik. pada saat itu Marius melimpahkan semua kekesalannya. kehilangan anggota keluarga, dikhianati oleh Senat, dikejar-kejar hingga hampir mati, padahal ia sudah habis-habisan melindungi Republik.
Dalam gangguan kejiwaan yang dideritanya, Marius melakukan pembersihan seperti halnya Sulla atas semua lawan politik yang pernah berseteru dengannya. tidak lama setelahnya Marius meninggal di usia 70 tahun. pembersihan berdarah ini dan kekalahan kubu Marius ketika pasukan Sulla kembali ke Roma, membuat reputasi Marius tercemar. namun patut diingat bahwa seburuk-buruknya Marius ia tidak pernah berkhianat terhadap konsitusi Republik Romawi.
Tokoh reformasi Romawi ini senantiasa bekerja sesuai koridor peraturan untuk kepentingan semua rakyat Romawi. padahal Marius bisa saja dengan popularitas, keahlian politik dan militernya untuk menjadi diktator ataupun raja, tetapi ia tidak pernah melakukannya walaupun terus menerus menerima diskriminasi. sebaliknya adalah Sulla yang merupakan keluarga asli Romawi yang dengan seenaknya mengkhianati konstitusi untuk kepentingan pribadinya.
Sulla menggunakan militer untuk menyerang ibukota, menghabisi Konsul dan secara paksa merubah pemerintahan dengan membersihkan Senat dari lawan-lawan politiknya. padahal mereka dipilih oleh rakyat dan dilindungi oleh konsitusi. kejadian ini menjadi dasar perpecahan Republik Romawi karena egosime kaum asli Romawi yang merasa berada di atas hukum yang mereka buat. rasisme dan permasalahan sosial ini nantinya menyulut banyak perang saudara di era berikutnya.
Marius sendiri meninggalkan warisan yang besar bagi Romawi. walaupun dilanda oleh perang saudara tetapi reformasi miliknya membuat Romawi sanggup bertahan secara efektif selama ratusan tahun. gaya kepemimpinan, pemikiran dan idealismenya juga membuat banyak generasi muda mengikuti jejaknya. salah satunya adalah keponakannya sendiri dari sisi istrinya yang mengikuti sosoknya sebagai idola, anak tersebut bernama Gaius Julius Caesar.
Bagian terakhir dari Trilogi Marius & Reformasi Romawi
- Bagian Pertama : Marius Putra Terbaik Republik Romawi
- Bagian Kedua : Reformasi Besar Marius & Pasukan Keledai Bisu
Lukisan suku Cimbri dalam perjalanan, membawa serta semua anggota suku bersama mereka |
Perang tidak terhindarkan dan mereka belum pernah menang melawan orang barbar dari utara tersebut. sekarang Cimbri sudah mengalahkan banyak suku besar di Jerman dan juga Gallia sehingga reputasinya semakin menyeramkan. Cimbri diketahui memiliki sekutu baru yang membuat jumlah mereka semakin membengkak. keseluruhan pasukannya tersebut mengarah ke timur menuju ke dataran Italy yang subur.
Jumlah pasukan Cimbri begitu besar sehingga mereka merasa lebih mudah untuk membagi dua pasukannya dan bergerak melalui rute yang berbeda. hal ini mencegah pasukan besar mereka ditahan mati-matian oleh Romawi pada sebuah tempat yang bisa membuat mereka kehabisan makanan dan kesulitan air bersih. mereka juga berharap Romawi dapat dikejutkan dengan kedatangan 2 rombongan dari jalur yang berbeda.
Marius mengetahui lawannya terbagi dua dan menyukai perubahan baru tersebut. ia merasa lawan yang berjumlah lebih kecil lebih mudah untuk diatasi walaupun tentunya ia juga harus membagi dua pasukannya. dengan segera ia membuat rencana untuk bertahan pada 2 titik strategis. Marius mengarah ke Aqua Sextiae yang lebih sukar dipertahankan sedangkan co-Konsulnya, Catulus bertahan di utara sekitar kaki gunung Alps.
Suku Cimbri berasal dari Jutland di utara dan bergabung dengan suku Jerman lainnya bermigrasi ke selatan |
Empat puluh ribu pasukan Romawi di bawah Marius bergerak ke barat menyongsong kedatangan suku Cimbri. legiunnya sekarang bisa bergerak cepat karena tidak bergantung pada kereta transportasi, mereka juga mampu melalui medan yang berat dan terisolasi dari jalan sehingga kecepatan gerak mereka lebih tinggi bahkan lawannya sekalipun yang mengandalkan kereta dorong untuk membawa keperluan hidup nomaden mereka.
Kedua pasukan nyaris bertemu tetapi sebelum orang Cimbri memaksa bertempur, Marius mundur teratur. ia sekedar memancing mereka ke tempat pilihannya yang dirasa lebih mudah untuk dipertahankan. akhirnya pasukan Romawi tiba di Aqua Sextiae sebuah benteng kuno yang sudah kosong terbengkalai. berbeda dengan sebelumnya, kali ini Marius memerintahkan pasukannya untuk bertahan sembari memperkuat benteng tersebut.
Aqua Sextiae berdiri di atas sebuah bukti curam sehingga mudah untuk dipertahankan tetapi hal tersebut juga membuatnya memiliki beberapa kelemahan. lokasinya yang terjal membuat Romawi kesulitan membangun tembok kayu yang harus dibawa dari bawah. akibatnya benteng tersebut hampir gundul tanpa pagar keliling dan hanya memiliki sedikit fasilitas pertahanan. lebih fatal lagi, tidak ada sumber air untuk minum.
Beberapa kali hampir bertemu dengan Cimbri membuat moral pasukan Romawi jeblok karena mendengar saksi yang melihat lawan yang berjumlah luar biasa besar dibandingkan dengan mereka. apalagi sekarang pasukan Romawi hanya mengandalkan sebuah perbentengan kuno yang tampak tidak layak untuk bertahan. nasib mereka terlihat suram apalagi setelah mengetahui persis bahwa orang Cimbri masih mengejar mereka dengan selisih 1 hari perjalanan.
Walaupun demikian Keledai Bisu Marius terus bekerja, pelatihan dan reformasi yang dilakukan membuahkan hasil. pada saat yang genting seperti itu sekalipun mereka tidak memberontak ataupun lari. 1-1nya hal yang mengganggu adalah bekal air yang semakin menipis. di tengah kehausan mereka meminta izin untuk mengambil air, namun sungai terdekat berada di bawah benteng melintasi sebuah hutan dimana pasukan Cimbri bisa hadir kapan saja.
Rombongan suku Cimbri-Teutones tiba di sungai untuk beristirahat |
Marius berkelakar kalau hutan sudah dipenuhi oleh orang Cimbri dan meyakinkan pasukannya untuk menyelesaikan pekerjaan perbaikan benteng terlebih dahulu. barulah ketika perbekalan air mereka habis Marius mengutus sejumlah kecil pasukan untuk mengambil air di sungai. tentu prajurit lainnya khawatir karena hutan tersebut mungkin sudah terisi penuh oleh pasukan lawan. benar saja, tanpa mereka ketahui suku Ambrones garda terdepan Cimbri telah tiba.
Ketika prajurit Romawi keluar dari hutan dan tiba di sisi sungai tiba-tiba semua mata melotot tajam. suku Ambrones terkejut dengan kedatangan Romawi yang mereka kira sedang sibuk melarikan diri. pada saat itu suku mereka sedang makan, mandi, cuci baju atau istirahat di sisi sungai ketika Romawi datang bagaikan hendak menyergap. kedua pihak sama-sama panik, Romawi yang lebih terlatih mampu membentuk formasi tempur sembari komat-kamit menyumpah Marius.
Tetapi anehnya pasukan Ambrones justru terlihat linglung. teriakan mereka yang seharusnya lantang terdengar tidak kompak. sebagian memang baru makan dan tentu sulit teriak kencang penuh amarah apabila perut masih kenyang. banyak yang bergerak tanpa komando dimana sebagian menyerang sedangkan lainnya mundur. melihat hal ini pasukan Romawi menjadi percaya diri dan membalas teriakan perang secara kompak yang justru membuat lawan kehilangan nyali.
Senjata makan tuan, suku Ambrones gentar dibuatnya sedangkan pasukan Romawi berada di atas angin. akibatnya rombongan Romawi berani menerjang maju. dalam situasi kehausan, terjepit dan lawan yang terlihat jauh lebih lemah serta kebingungan membuat mereka menjadi beringas. dari atas benteng Marius dan pasukannya terbakar semangatnya ketika menyaksikan keributan yang terjadi di sekitar sungai dan hutan.
Pasukan Marius yang tadinya takut menjadi terbakar emosinya karena khawatir dengan rekan-rekan mereka. memang dengan sengaja Marius mengutus pasukan yang relatif lebih muda untuk tugas mengambil air sehingga kerabatnya, kakak atau ayahnya yang ada dalam pasukan menjadi naik darah. ketika nyali dan tekad pasukannya sudah tinggi Marius mengerahkan seluruhnya dalam sebuah serangan besar ke arah hutan dari beberapa sisi.
Tiga puluh ribu orang Ambrones pada hari tersebut ditumpas habis oleh Romawi. padahal berjumlah nyaris sama besar tetapi korban jiwa di pihak Romawi termasuk ringan. banyak alasan bagi Romawi untuk merayakan kemenangan tetapi malam tiba dan prajuritnya malah bergidik ketakutan. mereka tahu yang baru saja mereka kalahkan hanyalah pasukan terdepan. masih ada seratusan ribu induk pasukan Cimbri yang akan segera datang.
Bagaimanapun juga suku Cimbri masih memegang rekor tidak terkalahkan |
Benteng mereka yang gundul tanpa tembok keliling membuat suasana mencekam apalagi banyak suara dan aktivitas mencurigakan dari arah hutan. pagi tiba dan Marius bingung karena lawannya tidak menampakkan diri. regu pengintai memastikan keberadaan lawan di dalam hutan sedang berdiam dan tidak membentuk formasi tempur. Marius berpikir kalau lawannya sedang menunggu sisa pasukan yang belum tiba.
Kesempatan tersebut tidak bisa diekspolitasi karena jumlah lawan yang jauh lebih besar. Marius terpaksa menunggu karena 1-1nya harapan untuk menang adalah bertahan dengan memaksimalkan keunggulan lokasi di atas bukit curam untuk mengatasi perbedaan jumlah. namun selang sehari lawan mereka tetap tidak bergerak dan tidak ada tanda-tanda kedatangan pasukan lain. hal ini membuat Marius bingung.
Beberapa waktu berlalu hingga ia menduga bahwa lawan berniat membuat mereka kehabisan makanan dan minuman sehingga terpaksa mundur. ini sesuatu yang tidak disangka-sangka. biasanya lawan yang memiliki keunggulan jumlah yang besar selalu percaya diri dan menyerang pada kesempatan pertama. tapi memang hal itulah yang terjadi, para tetua lawan yakni suku Cimbri-Teutones tidak mau ambil risiko karena dikejutkan oleh kekalahan suku Ambrones.
Kehancuran Ambrones membuat mereka berpikir bahwa Romawi memiliki jumlah yang jauh lebih besar. menurut perhitungan mereka untuk mengalahkan 30 ribu orang Ambrones dalam setengah hari pastilah Romawi memiliki setidaknya 60 hingga 90 ribu orang prajurit. selagi Teutones belum bergerak, Marius mempelajari gerak gerik lawannya lalu merubah siasatnya.
Sebelum matahari terbit pada hari kedua Marius mengutus 3000 prajurit pilihan, sekitar 5 cohort atau 1/2 Legiun. mereka diperintahkan untuk mengambil rute memutar melalui lembah curam di belakang lalu menerobos hutan ke arah lawan. bukan hal yang mudah mengingat sulitnya medan terjal dan hutan lebat yang harus dilalui. selain itu mereka juga dituntut bergerak secara senyap ketika melintas jauh di dalam wilayah lawan.
Risikonya besar tetapi Marius memperhitungkan bahwa perhatian suku lawan tertuju kepadanya sehingga tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya yang berjarak jauh. ia sendiri sudah memetakan geografi wilayah tersebut sehingga cukup tahu waktu yang dibutuhkan bagi pasukan pilihannya untuk menempuh rute tersebut. pasukan utamanya sendiri diistirahatkan, pagi-siang mereka tidur agar segar ketika dibutuhkan. setengah hari berlalu sebelum Marius mulai bersiap.
Ia menggerakan pasukannya yang sudah segar dan membentuk formasi tempur. kesibukan Romawi di atas bukit membuat lawannya yakni suku Teutones berang. setelah menunggu 2 hari dan sebenarnya tidak setuju dengan rencana para tetuanya yang dianggap pengecut, orang Teutones secara tiba-tiba menyerang maju. ternyata banyak yang kehabisan kesabaran dan serangan kecil menjadi serangan besar. Marius terkejut namun merasa diuntungkan.
Dalam petempuran semua kaum Teutones terbiasa bertempur habis-habisan, bahkan kaum wanita ikut serta |
Sekarang Marius bisa bertahan pada tempat yang ia inginkan, Romawi menyambut serbuan Teutones dengan hujan lembing dari atas bukit. barisan demi barisan suku Teutones terus maju menerjang bukit tetapi lokasi yang curam dan sedikitnya akses masuk membuat mereka menjadi korban entah karena terjatuh, terinjak atau mati lemas terdorong barisan di belakangnya. lebatnya hujan lembing membuat serangan Teutones berkurang perlahan dan akhirnya terhenti.
Menyadari bahwa telah jauh korban jiwa yang besar dipihaknya, suku Teutones gugup dan berlari ke arah hutan. pasukan Romawi turun bukit dan ikut mengejar, Marius hendak mengeksploitasi pelarian lawannya. barisan induk Teutones di hutan langsung dilabrak oleh pasukan Romawi yang terus merangsek masuk ke dalam hutan. pertempuran berlangsung dengan keras ketika suara keributan muncul di belakang posisi lawan jauh di dalam hutan.
Dari suara dan tanda-tanda yang khas dipastikan bahwa pasukan Marius yang memutar telah tiba. kehadiran ribuan pasukan Romawi di belakangnya membuat suku Teutones kaget setengah mati. pasukan terdepan mereka panik dan menganggap ini sebagai sihir, mereka kembali teringat dengan nasib suku Ambrones yang ditumpas habis sehingga pelarian merajalela. tiap clan kabur dari barisan tempur untuk menyelamatkan rombongan mereka sendiri.
Pasalnya anak dan istri mereka ada di belakang bersama dengan kereta, perkemahan dan segala harta benda. hancurnya lini depan dan tidak adanya penjagaan di lini belakang membuat Teutones tamat sebagai sebuah kekuatan militer. padahal jumlah Teutones lebih dari cukup untuk membentuk barisan depan dan belakang yang berjumlah lebih besar dari Romawi. tetapi tanpa adanya latihan dan struktur komando yang profesional membuat keunggulan jumlah menjadi sia-sia.
Konsul Marius diarak keliling oleh prajuritnya setelah menang perang atas Teutones |
Strategi Marius membuat Romawi mampu mencetak sebuah kemenangan besar. pasukan Cimbri-Teutones setidaknya berjumlah 100 ribu orang, 3x lipat dari jumlah pasukan yang dibawa oleh Marius tetapi berhasil dikalahkan dan banyak yang dibawa sebagai tawanan. raja suku Teutones sendiri tertangkap hidup-hidup dan dibawa ke Roma untuk diarak dalam parade kemenangan. tiba di Roma rombongan Marius disambut secara besar-besaran.
Bahwa Marius mampu memenangkan perang melawan barbar yang belum pernah dikalahkan sebelumnya dengan pasukan dan korban jiwa yang jauh lebih kecil membuatnya dipuja oleh semua warga. apalagi melihat besarnya rampasan perang yang berisi harta kekayaan suku Teutones dalam perang sebelumnya di berbagai wilayah. sosok Marius begitu populer sehingga tidak lama kemudian ia kembali terpilih sebagai Konsul.
Namun perang belum berakhir, rekan Konsulnya yakni Catulus yang bertahan di kaki gunung Alps akhirnya kewalahan karena suku Cimbri memecah diri dan melewati posisinya. ia hendak mundur ke posisi lain yang sudah dipersiapkan. pertahanan lapis keduanya sudah cukup kokoh dengan bentangan sungai besar dan satu akses jembatan yang dijaga dengan benteng di kedua sisinya. malangnya suku Cimbri menggila.
Di tengah musim dingin sekalipun ketika banyak yang tidak memiliki pakaian hangat bahkan bugil, sebagian pasukan Cimbri naik ke bukit lalu menunggangi perisai layaknya papan ski ke arah lembah. di bawah mereka menemukan hulu sungai dan membendungnya dengan menumpuk berbagai material berat. setelah dirasa cukup mereka lalu menjebol bendungan tersebut. akibatnya pohon dan bebatuan besar meluncur ke arah hilir.
Pertahanan Romawi di pinggir sungai dilanda banjir besar yang datang tiba-tiba. tembok mereka jebol dan banyak prajurit hanyut atau mati kedinginan. ditambah lagi dengan kedatangan lawan secara tiba-tiba di kedua sisi sungai sehingga pasukan Romawi belarian keluar. Catulus iba dengan nasib bawahannya sehingga memerintahkan adjudannya untuk membawa panjinya ke arah mereka yang lari agar terhindar dari hukuman desersi.
Pasukan Cimbri masih aktif berperang di musim dingin yang membuat Romawi kewalahan |
Sang co-Konsul membuat seakan-akan pelarian tersebut adalah perintahnya, bukan sebuah desersi. namun akibatnya sisa pasukan Romawi yang hendak bertahan menjadi bingung lalu ikut mundur. di tengah kepanikan dan pelarian beberapa prajurit tetap bertahan di jembatan. pasukan Cimbri mengepung mereka tetapi kagum dengan nyali orang Romawi sehingga membebaskannya setelah bersumpah di depan altar suci mereka.
Hilangnya penjagaan Romawi membuat suku Cimbri bebas menjarah ladang, perkebunan dan peternakan yang ada di daerah tersebut. Catulus tiba di Roma dengan berita kekalahan yang mengejutkan. kubu Marius agak senang karena secara politis posisinya semakin penting sebagai 1-1nya Konsul yang mampu meraih kemenangan. tetapi timbul sebuah dilema dimana mereka tidak menginginkan Marius untuk kembali berperang.
Sebab apabila kalah maka jasa-jasa Marius akan sirna dan lawan politiknya akan menggunakan satu kegagalan tersebut sebagai senjata untuk menyudahi karier Marius dan sekutunya. apalagi ia adalah seorang minoritas yang posisinya sudah terlalu tinggi sehingga membuat banyak tokoh pribumi asli Romawi iri hati dan malu terhadapnya. taruhannya besar tetapi Marius memilih bersikap kesatria dan bersedia memimpin perang berikutnya melawan Cimbri.
Marius mengutus Catulus untuk memimpin Legiun pribadinya untuk menjaga Cimbri agar tidak melintas lebih dalam ke selatan. hal ini untuk menyelamatkan harga diri Catulus yang semakin jatuh. Marius sendiri bersiap dengan sisa pasukan Catulus yang digabungkan dengan sebagian veteran dari Legiun lain yang masih dimiliki Romawi. musim dingin berakhir tanpa konflik tambahan dan di awal musim panas pasukan induk Romawi mulai bergerak.
Dalam perjalanan orang Cimbri mengirim utusan, ternyata setelah beberapa tahun mereka sudah mempelajari kebiasaan setempat. di hadapan Marius utusan tersebut menawarkan perdamaian, sebagai gantinya wilayah di sekitar sungai tersebut diberikan kepada suku Cimbri. menanggapi ini Marius menjawab bahwa daerah yang dimaksudkan terlalu luas bahkan untuk ukuran orang Cimbri sekalipun.
Sang utusan menjawab bahwa mereka sedang menunggu saudara mereka yang akan segera tiba. mendengar hal itu Marius lalu bertanya, "saudara yang mana?"
Ketika utusan tersebut menjawab orang Teutones, langsung saja semua orang Romawi yang hadir tertawa keras. Marius berkata, "Oh tidak usah pusing dengan saudaramu yang itu. kita sudah berikan tanah yang cukup untuk mereka huni selamanya."
Raja Suku Teutones tertangkap ketika pasukannya dikalahkan Marius |
Utusan Cimbri mengira sedang menerima penghinaan sehingga bersumpah bahwa Romawi akan menemui balasannya ketika suku Teutones tiba dan bersatu dengan Cimbri. Marius yang memang memiliki kebiasaan bicara ceplas-ceplos dan selalu mengemukakan pikirannya kembali berseloroh, "Tidak perlu repot-repot, saudaramu si Teutones sudah dekat banget kok."
Sesuai aba-aba seorang pengawalnya membawa seorang tahanan dalam keadaan dirantai ke dalam tenda pertemuan. utusan Cimbri kaget setelah mengenai wajah raja Teutones dan segera pulang. mendengar laporan sang utusan, petinggi suku Cimbri menjadi marah dan segera bersiap untuk sebuah perang besar yang akan membalaskan rasa sakit hati, harga diri dan kehormatan suku mereka yang diinjak-injak.
Pasukan Romawi bersiap dan sempat melakukan modifikasi kecil pada lembing (pillum) yang mereka miliki. apabila biasanya bagian kepala lembing dan gagang dihubungkan dengan 2 paku pada tiap sisi sekarang salah satu pakunya dicabut. hal ini berdasarkan dari pengamatan regu pengintai bahwa lawan menggunakan barisan perisai layaknya phalanx yunani. dengan 1 paku pada satu sisi membuat lembing bengkok ke satu arah ketika mengenai sasaran.
Apabila mengenai perisai lembing tersebut akan menancap dan bengkok sehingga menyulitkan lawan untuk mencabutnya. mereka terpaksa harus meninggalkan perisai yang menjadi berat dan sulit digunakan. selagi bersiap datang sejumlah besar pasukan berkuda ke arah Romawi. raja Cimbri hendak bertukar sapa sekaligus mengintimidasi pasukan Romawi. ia bertanya kepada Marius kapan dan dimana Romawi hendak bertempur.
Suku Cimbri memiliki sejumlah besar kuda yang mereka gunakan sebagai kavaleri ringan |
Pertanyaan tersebut adalah sebuah tradisi yang sudah tidak lagi digunakan sejak era Hannibal dimana pertempuran dibuka atas dasar kesempatan dan tidak lagi dengan janjian. Marius mengerti bahwa lawan tidak mau menyerang perbentengan Romawi dan bermaksud bertempur di dataran terbuka dimana lawan lebih mungkin menang. patut dimengerti bahwa dimanapun pasukan Romawi beristirahat mereka hampir selalu membangun camp.
Camp tersebut tergantung dari kebutuhan bisa dibuat besar dan kokoh dengan parit, gundukan tanah tinggi dan tembok keliling beserta tower dan gerbang. bagi orang Cimbri hal tersebut tampak seperti perbentengan yang sulit diserang. Marius menjawab bahwa Romawi bisa perang kapan saja (tidak perlu janjian) tetapi untuk memuaskan lawannya ia menjawab dalam 3 hari. tempatnya pada sebuah sisi sungai yang luas sehingga kedua belah pihak bisa menggelar pasukannya.
Kedua belah pihak tiba di tempat yang dijanjikan dan mulai mengatur barisannya. Romawi dengan gabungan Catulus dan Marius hanya berkekuatan 50 ribu prajurit sedangkan suku Cimbri lebih dari 200 ribu infantri dan belasan ribu kavaleri. Catulus berada di tengah sedangkan Marius berada di sayap. perbedaan lawan yang 4x lipat membuat Marius mempersembahkan upacara untuk membuat tenang pasukannya yang sebagian berasal dari ex Legiun Catulus pernah dikalahkan.
Pertempuran dibuka dengan gerakan pasukan berkuda Cimbri yang maju menghampiri. tetapi tidak sampai kontak karena kemudian memutar untuk memancing barisan Romawi di sisi kanan dan kiri. tanpa diduga gerakan tersebut bertujuan untuk menyembunyikan gerakan infantri Cimbri di belakangnya. hal tersebut membuat pasukan Romawi terdepan terlambat menggunakan lembing lempar mereka secara efektif.
Formasi awal Romawi dan Cimbri di awal pertempuran |
Terlihat bahwa orang Cimbri sudah paham dan jeri dengan hujan lembing sehingga melakukan cara tersebut untuk mengelabui Romawi. cara tersebut berhasil dan pasukan terdepan Cimbri selamat dari ancaman hujan lembing dan langsung melabrak barisan terdepan Romawi. formasi Romawi sendiri tampak tidak utuh karena banyak prajurit yang terpancing oleh pasukan berkuda lawan yang berbalik lari sehingga secara spontan melakukan pengejaran dan akibatnya merusak formasi.
Hanya beberapa lembing yang dapat dilemparkan sebelum pertempuran jarak dekat terjadi. kedua kubu berusaha melakukan yang terbaik dan Romawi yang kalah jumlah menunjukkan nyalinya dengan bertempur mati-matian. legiun yang berada di tengah di bawah Catulus banyak yang sampai naik pundak rekan mereka lalu melompat ke arah lawan untuk merusak formasi Cimbri dan membuat celah untuk dieksploitasi rekan-rekannya.
Terjadi deadlock karena keduanya sama kuat walaupun korban jiwa terus berjatuhan. gerakan pasukan berkuda, pertempuran antar infantri, cuaca kering serta angin dan pemilihan tempat di sisi sungai membuat banyak debu beterbangan yang menyulitkan pandangan. hal ini sedikit banyak diperhitungkan oleh Marius sehingga bersedia keluar dari perbentengan dan berperang di dataran terbuka melawan Cimbri yang jauh lebih besar darinya.
Suku Cimbri datang secara mendadak di balik pasukan berkuda membuat Romawi terlambat beraksi |
Bulan Agustus di tengah-tengah musim panas khas Italy membuat pasukan Romawi lebih prima karena terbiasa berperang di bawah terik matahari. sebaliknya orang Cimbri berasal dari wilayah beriklim dingin sehingga cepat lelah, kepanasan dan kehabisan napas di bawah terik matahari. apalagi ditambah dengan debu yang membubung tinggi. sejak awal Marius juga sengaja memilih sisi timur agar lawannya kejatuhan sinar matahari tepat di muka mereka ketika menyerang.
Kumpulan semua faktor di atas membuat barisan tempur Cimbri kepayahan, pasukan Romawi yang sebagian besar adalah petani atau peladang terbiasa kepanasan sehingga mampu bertahan jauh lebih lama sebelum digantikan oleh barisan lainnya. ketika orang Cimbri yang terdepan mulai terdesak, barisan dibelakangnya melihat barisan Romawi tertimpa matahari. armor dan helm Romawi yang terbuat dari logam dan dipoles terlihat mengkilat di antara debu yang beterbangan.
Melihat hal ini banyak Cimbri yang gentar karena mengira dewa-dewa berada di barisan Romawi. ketakutan tersebut semakin menjadi setelah barisan terdepan Cimbri yang sudah habis-habisan dan menderita korban jiwa yang besar tetap tidak mampu menjebol barisan Romawi. matahari dan debu yang semakin tinggi membuat efek pantulan semakin menjadi, langit bagaikan merah terbakar. hal yang kebetulan ini membuka celah bagi Romawi untuk menerjang maju.
Pada saat yang sama kavaleri Marius yang berjumlah lebih kecil keluar dari persembunyian di belakang dan melabrak kavaleri Cimbri yang masih mengganggu sisi belakang Romawi. dijepit oleh barisan infantri dan kavaleri Romawi, pasukan berkuda Cimbri kehilangan ruang gerak dan dikalahkan sedikit demi sedikit. dengan susah payah pasukan Romawi mengalahkan belasan ribu pasukan berkuda Cimbri sehingga membebaskan seluruh barisan untuk bergerak maju.
Situasi ini membuat pasukan Cimbri gantian bertahan. pada garis pertahanan terakhir ini mereka sempat menggunakan rantai yang diikat di pinggang agar tidak ada yang lari dari pertempuran. namun sebagian jumlah mereka sudah tidak prima karena luka dan kelelahan, sebagian lainnya moralnya sudah jeblok karena lawan tampak tidak bisa dikalahkan. bertahun-tahun selalu menang membuat Cimbri menjadi panik ketika merasakan kekalahan.
Pertempuran tidak berlangsung imbang walaupun jumlah Romawi lebih sedikit dibanding Cimbri yang masih berkekuatan di atas 150 ribu jiwa. barisan phalanx yang dirantai membuat Cimbri kesulitan dalam pertempuran dinamis yang dikuasai oleh prajurit Romawi. barisan terdepan Cimbri yang dipimpin oleh sang raja akhirnya tidak mampu bertahan dan hancur. melihat hal ini pasukan yang tersisa segera bubar berantakan yang kemudian menyulut sebuah tragedi.
Bunuh diri masal terjadi setelah terdengar kabar bahwa Raja Cimbri gugur |
Di perkemahan Cimbri kaum wanita membunuhi siapapun yang lari ke arah mereka. hal ini untuk membuat pejuang mereka berbalik dan berperang kembali, tetapi keadaannya sudah sangat buruk sehingga hal ekstrim inipun menjadi tidak berguna. ketika Romawi mendekat, banyak wanita yang menghabisi suami dan ayah mereka yang terluka lalu kemudian anak-anak mereka sendiri. mereka kemudian menjatuhkan diri ke arah kereta kerbau atau kuda yang melintas.
Sebagian lainnya menggantung diri pada apapun yang bisa digapai. kaum pria yang panik mulai mengikuti dengan ramai-ramai melilitkan leher atau tubuh mereka pada tubuh kerbau yang ketika dilukai akan mengamuk dan membuat leher mereka patah. disebutkan bahwa sebagian dari korban perang terjadi di tangan Cimbri sendiri. mereka begitu yakin sudah dikalahkan setelah raja Cimbri menjadi korban sehingga bunuh diri masal tidak terhindarkan.
Di tengah suasana bunuh diri masal, 60 ribu orang berhasil ditawan. jumlah yang berhasil bunuh diri diperkirakan 2x lipat dari yang berhasil diamankan. apabila benar maka suku Cimbri masih berjumlah 180 ribu jiwa ketika memutuskan untuk bunuh diri daripada bertempur. padahal Romawi hanya berkekuatan 50 ribu prajurit di awal perang.
Marius pulang dengan kemenangan besar, sang Konsul lagi-lagi membuktikan diri sebagai jendral yang sangat piawai. tetapi ada saja pihak yang merasa tidak puas, rekan Konsulnya yakni Catulus berusaha merebut sebagian kehormatan karena merasa pasukannya di bagian tengah bekerja lebih keras. Marius tidak ambil pusing dan dalam upcara sengaja menyebutkan kemenangan mereka berdua untuk menjaga hubungan baik.
Ketika itu Marius sudah menjadi Konsul 5x berturut-turut. hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya apalagi Marius terus menjadi konsul tanpa putus. tetapi Marius begitu populer dan dipercaya sehingga terus terpilih hingga 6x tanpa bisa dibendung. usianya ketika itu sudah sepuh namun sisa kehidupan Marius masih berwarna.
Pergolakan politik antara pembesar lama Romawi dan golongan bawah seperti dirinya terus berkecamuk. akhirnya jatuh korban jiwa dan Marius disalahkan atas konflik yang terjadi sehingga untuk menjaga keutuhan pemerintahan Romawi ia memilih pensiun atau mengundurkan diri dari pemerintahan. dengan sukarela ia tinggal di luar Roma untuk mendinginkan suasana antar kubu yang bertikai.
Sebelum dan ketika pensiun Marius masih aktif dalam beberapa perang walaupun kesehatannya mulai menurun. hal ini membuatnya kurang populer di mata generasi muda yang hendak mencari nama karena Marius terus membawahi mereka. namun tidak bisa dipungkiri kalau Marius masih mampu mencetak banyak keberhasilan militer. hanya gabungan usia tua, penyakit kambuhan karena kanker di kedua kakinya dan kemungkinan sebuah stroke membuatnya harus istirahat.
Namun kesehatannya kemudian membaik dan ia kembali melatih fisiknya walaupun ditertawakan sebagai orang tua yang tidak tahu diri. berbeda dengan fisik, pikiran Marius sudah mulai melemah, kombinasi dari sakit menahun, operasi pengangkatan tumor di kakinya, juga banyaknya konflik yang ia lalui bisa berakibat pada trauma atau gangguan psikis lainnya yang tidak terlihat dari luar. pada situasi seperti ini datang kejadian yang paling berat dalam hidupnya.
Sulla menyerang Roma dan mengancam akan menghancurkan kota tersebut apabila melawan |
Sulla mantan bawahannya merebut komando pasukan dan membangkang perintah Konsul yang merupakan seorang simpatisan Marius. tanpa diduga Sulla yang merupakan keturunan keluarga terpandang Romawi melakukan hal yang paling tabu dalam konsitusi Romawi, ia membawa pasukannya menyerang kota Roma. Marius memimpin pasukan yang terdiri dari budak dan gladiator, ia sempat menang pada pertempuran awal tetapi kalah jumlah sehingga terpaksa melarikan diri.
Ia hendak kabur ke Afrika mencari pensiunan pasukannya dalam perang Jugurtha untuk bersembunyi. naas Sulla sudah menguasai Senat dan mengeluarkan perintah untuk menghukum mati Marius. akibatnya perjalanan Marius menjadi sangat berbahaya. ia dikejar dan berkali-kali hampir ditangkap. setelah dibuang oleh pemilik kapal yang kabur karena takut terlibat, Marius terus melarikan diri dengan berjalan kaki di pesisir Afrika utara.
Marius yang sudah berusia di atas 60 tahun harus keluar masuk rawa dan sungai untuk bersembunyi, dalam prosesnya ia harus kehilangan beberapa anggota keluarga dan pelayan terdekatnya yang tewas terbunuh. walaupun sempat disembunyikan oleh penduduk setempat tetapi Marius kemudian tertangkap. walaupun begitu dirinya masih ditakuti oleh prajurit sehingga tidak jadi dibunuh melainkan dibawa ke kantor walikota.
Kenangan dikejar-kejar dan ditangkap di Afrika membuat kejiwaannya terganggu di akhir hidupnya |
Walikota tersebut mengenal Marius tetapi kurang menyukainya karena dahulu pernah meminta kemudahan tetapi ditolak. namun ia tidak tega untuk menghabisinya, hanya atas desakan rekan-rekannya ia mengutus seorang pembunuh. beruntung Marius terbangun dari tidurnya dan berteriak lantang, "tahu kau siapa diriku? (aku adalah) Marius penyelamat Italy!" sehingga pembunuhnya lari ketakutan.
Kejadian tersebut membuat walikota tersebut semakin kagum dan kemudian menyembunyikan Marius. namun semua kejadian di atas membuat psikis Marius semakin terganggu. perubahan selalu terjadi dan ketika Sulla sibuk bertempur di Yunani jauh, kota Roma kembali bergejolak dan pemerintahan Romawi kembali dilanda kekacauan. Marius menyebrang ke Italy dan diterima oleh hampir semua warga Romawi.
Marius membawa pendukungnya kembali ke kota Roma. ia melakukan beberapa aksi pengamanan atas nama Konsul yang bertugas. tetapi situasi terus memburuk sehingga Marius terpilih sebagai Konsul untuk ke 7 kalinya setelah Konsul yang bertugas turut terbunuh dalam konflik. pada saat itu Marius melimpahkan semua kekesalannya. kehilangan anggota keluarga, dikhianati oleh Senat, dikejar-kejar hingga hampir mati, padahal ia sudah habis-habisan melindungi Republik.
Dalam gangguan kejiwaan yang dideritanya, Marius melakukan pembersihan seperti halnya Sulla atas semua lawan politik yang pernah berseteru dengannya. tidak lama setelahnya Marius meninggal di usia 70 tahun. pembersihan berdarah ini dan kekalahan kubu Marius ketika pasukan Sulla kembali ke Roma, membuat reputasi Marius tercemar. namun patut diingat bahwa seburuk-buruknya Marius ia tidak pernah berkhianat terhadap konsitusi Republik Romawi.
Tokoh reformasi Romawi ini senantiasa bekerja sesuai koridor peraturan untuk kepentingan semua rakyat Romawi. padahal Marius bisa saja dengan popularitas, keahlian politik dan militernya untuk menjadi diktator ataupun raja, tetapi ia tidak pernah melakukannya walaupun terus menerus menerima diskriminasi. sebaliknya adalah Sulla yang merupakan keluarga asli Romawi yang dengan seenaknya mengkhianati konstitusi untuk kepentingan pribadinya.
Di reruntuhan kota Cartagho, Marius sempat merenungi nasib dan masa depannya |
Sulla menggunakan militer untuk menyerang ibukota, menghabisi Konsul dan secara paksa merubah pemerintahan dengan membersihkan Senat dari lawan-lawan politiknya. padahal mereka dipilih oleh rakyat dan dilindungi oleh konsitusi. kejadian ini menjadi dasar perpecahan Republik Romawi karena egosime kaum asli Romawi yang merasa berada di atas hukum yang mereka buat. rasisme dan permasalahan sosial ini nantinya menyulut banyak perang saudara di era berikutnya.
Marius sendiri meninggalkan warisan yang besar bagi Romawi. walaupun dilanda oleh perang saudara tetapi reformasi miliknya membuat Romawi sanggup bertahan secara efektif selama ratusan tahun. gaya kepemimpinan, pemikiran dan idealismenya juga membuat banyak generasi muda mengikuti jejaknya. salah satunya adalah keponakannya sendiri dari sisi istrinya yang mengikuti sosoknya sebagai idola, anak tersebut bernama Gaius Julius Caesar.
Bagian terakhir dari Trilogi Marius & Reformasi Romawi
- Bagian Pertama : Marius Putra Terbaik Republik Romawi
- Bagian Kedua : Reformasi Besar Marius & Pasukan Keledai Bisu
0 Response to "Perang 1/2 Juta Suku CIMBRI, Hidup-Mati Republik Romawi"
Post a Comment